Doa Puja Yesus [by: Fr.Panteleimon Lake]
Date: 09 November 2010
Sembahyang wajib bagi seorang awam Kristiani yang memegang ajaran Tauhid Gereja Rasuliah Orthodox, adalah Sembahyang Pagi dan Sore. “Dalam Gereja Orthodox juga ada lingkaran peringatan dalam jam pada setiap harinya. Untuk peringatan Ibadah Berjemaah dalam Gedung Gereja “Waktu Pagi” dan “Waktu Senja” itu tetap dipertahankan setiap harinya dalam wujud Ibadah “Sembahyang Singsing Fajar” (Orthros, Sholatus Sakhar) dan Ibadah “Sembahyang Senja” (Esperinos, Sholatul Ghurub), yang juga inti utamanya adalah persembahan dupa” (Arkhimandrite Romo Daniel B.D. Byantoro, dalam tulisan: Iman Orthodox Secara Ringkas; hlm. 39). Waktu antara sembahyang pagi dan sore atau sebaliknya itu diisi dengan doa bathin, yakni doa yang mengalir tiada henti di kedalaman jiwa (Nous: kodrat rohani seorang manusia – menurut St. Issak dari Syria) atau dengan kata lain, doa yang menggema dalam hati karena hati manusia adalah hakekat dari jiwanya – vid. Philokalia, vol. II, halaman 109 §73.
Doa bathin atau doa hening ini disebut oleh rasul Paulus di dalam suratnya yang pertama kepada jemaat di Tesalonika (1 Tes. 5:17) sebagai doa yang tak kunjung henti. Para bapa padang gurun, yakni para petapa hening, mempraktekkan nasihat rasul Paulus itu dengan satu rumus doa singkat yang terus menerus diucapkan atau dibathinkan sepanjang waktu. Doa tersebut tetap dipelihara dan dilestarikan dalam kehidupan spiritual Gereja Orthodox, seperti yang kita kenal dengan sebutan “Doa Puja Yesus” atau “Doa Yesus”. Dinamakan demikian karena dalam doa yang tak kunjung henti itu ‘Nama Yesus’ terus dikumandangkan karena nama itu penuh kuasa. Doa singkat ini diambil dari Tradisi Alkitab, dimana seorang pemungut cukai yang merasa diri sangat berdosa dan tak pantas menengadah ke ‘Tempat Mahakudus di Bait Suci’ itu menepuk dadanya sebagai tanda perendahan dirinya sambil berseru: “Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini” (Lukas 18:13). Dan firman Tuhan sendiri menya-takan bahwa “Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah” (Lukas 18:14).
Doa Puja Yesus yang hampir mirip dengan semadhi itu bertujuan untuk mendapatkan anugerah Roh Kudus yang mampu mengubah hidup kita ini (Luk 11:13) dan memberikan kehidupan ilahi yang berasal dari kebangkitan Tuhan Yesus yang dapat pula membangkitkan tubuh kita nanti (Rom 8:11).
Bagaimana caranya untuk berdoa tanpa henti? Caranya mudah, dengan sering mengulang-ulangi Doa ini: "Tuhan Yesus Kristus, Anak Allah, kasihanilah aku." Dengan menjadi terbiasa oleh hal ini maka penghiburan besar dapat dirasakan dan kebutuhan untuk terus memanjatkan permohonan ini akan terasa semakin dalam, dan akan dilaksanakan seolah-olah dengan sendirinya mengalir dalam hati, dan menyatu dengan jiwa.
Meskipun musuh purba umat manusia (si Iblis) akan menawarkan banyak kendala dalam hal ini, dengan menyebabkan keletihan besar, kemalasan, kebosanan dan tertidur, namun hadapilah semua itu dengan bantuan Allah, teguh dalam ketenangan jiwa, sukacita rohani, kebajikan, keterbukaan terhadap orang lain, pemurnian pikiran, dan rasa syukur kepada Allah. Dalam Nama Yesus terletak kekuatan yang sangat besar dan kemuliaan orang-orang kudus hadir secara nyata.
Disarankan untuk mengulangi Doa Yesus sesering mungkin, tanpa gangguan. Sangatlah penting untuk semua orang, baik makan, minum, duduk, melayani, dalam perjalanan, atau dalam melakukan sesuatu, untuk tak henti-hentinya menyerukan doa ini: "Tuhan Yesus Kristus, Anak Allah, kasihanilah aku" agar Nama Tuhan Yesus Kristus tercurah ke kedalaman hati kita, dan menghancurkan si ular tua (Iblis) yang bersembunyi di dalamnya untuk menaburkan benih kehancuran, maka kuasa yang mengalir dari Nama Yesus di dalam hati itu akan menghasilkan suatu pencerahan jiwa.
Menurut kebiasaan Santo Seraphim dari Sarov, tiada putus dan tiada henti mengucapkan doa: "'Tuhan Yesus Kristus, Anak Allah, kasihanilah aku, orang berdosa." Biarkan perhatian dan instruksi pikiran terus berpusat pada doa ini dan terus mengalir. Entah pada saat makan, berdiri di gereja sebelum awal pelayanan ibadah, teruslah berdoa dengan kata-kata doa ini; entah pada saat pergi atau pulang ke rumah, selama perjalanan ke mana saja hendaknya menjaga doa ini selalu di bibir dan dalam hati Anda. Dengan cara yang satu dan sama ini, yakni dengan doa yang berpusat pada Nama Allah (Yehosuah) maka Anda akan menemukan kedamaian, Anda akan mencapai kemurnian roh dan tubuh, dan Roh Kudus – Suber semua yang baik – akan membuat diriNya tinggal di dalam Anda dan akan membimbing Anda dalam segala kesalehan dan kemurnian. Uskup Theophanes sang pertapa membagikan hasil kekayaan rohaninya kepada kita: Untuk lebih mudah menjadi terbiasa dengan mengingat Allah, orang Kristen memiliki sarana khusus, yaitu, tak henti-hentinya mengulang doa singkat dari dua atau tiga kata. Pada umumnya kata-kata yang dipakai dalam doa tak kunjng henti itu adalah “Tuhan, kasihanilah" atau "Tuhan Yesus Kristus, Anak Allah, kasihanilah aku, orang berdosa." Jika Anda belum mendengar hal ini, maka sekarang Anda telah mendengarnya, dan jika Anda belum melakukannya, maka mulailah dari saat ini untuk melakukannya.
Demikian kata St. Seraphim dari Sarov: Mereka yang telah benar-benar memutuskan untuk melayani Tuhan Allah harus melatih diri dengan mengingat Allah dan tak henti-hentinya berdoa kepada Yesus Kristus, di dalam batin berkata: "Tuhan Yesus Kristus, Anak Allah, kasihanilah aku, orang berdosa." Melalui kegiatan tersebut, dan dengan menjaga diri dari gangguan, dan dengan pelestarian kedamaian di dalam hati nurani, adalah mungkin untuk semakin mendekat kepada Allah dan bersatu dengan Dia. Dan, menurut kata-kata St. Ishak dari Syria, 'Kita tidak bisa mendekat kepada Allah kecuali dengan terus-menerus berdoa'. St. Johanes dari Kronstadt juga sering menasihati anak-anak rohaninya untuk menggunakan “Doa Yesus” sebagai sarana yang mendekatkan kepada Allah.
Dari ulasan dan peneguhan para bapa suci ini, mari kita bulatkan tekat dan satukan hati untuk beroda: "Tuhan kaihanilah" atau "Tuhan Yesus Kristus, kasihanilah aku" atau "Tuahan Yesus Kristus Anak Allah, kasihanilah aku, orang berdosa." Maka Anda akan semakin dekat kepada Allah dan Allah akan semakin masuk ke dalam inti jiwamu, menyatu dengan rohmu; dan hatimu akan bersukacita dalam damai: itulah Theosis.
Akhir kata, saya titipkan satu pesan singkat ini, “Banyak orang mengingat Tuhan pada saat mereka susah dan melupakan Tuhan pada saat mereka senang; saya berkata kepadamu, ingatlah Tuhan pada saat Anda senang agar Tuhan mengingat Anda pada saat Anda susah!” Atau "susah-senang selalu ingat TUHAN"; lebih cepat, lebih baik...!
Sembahyang wajib bagi seorang awam Kristiani yang memegang ajaran Tauhid Gereja Rasuliah Orthodox, adalah Sembahyang Pagi dan Sore. “Dalam Gereja Orthodox juga ada lingkaran peringatan dalam jam pada setiap harinya. Untuk peringatan Ibadah Berjemaah dalam Gedung Gereja “Waktu Pagi” dan “Waktu Senja” itu tetap dipertahankan setiap harinya dalam wujud Ibadah “Sembahyang Singsing Fajar” (Orthros, Sholatus Sakhar) dan Ibadah “Sembahyang Senja” (Esperinos, Sholatul Ghurub), yang juga inti utamanya adalah persembahan dupa” (Arkhimandrite Romo Daniel B.D. Byantoro, dalam tulisan: Iman Orthodox Secara Ringkas; hlm. 39). Waktu antara sembahyang pagi dan sore atau sebaliknya itu diisi dengan doa bathin, yakni doa yang mengalir tiada henti di kedalaman jiwa (Nous: kodrat rohani seorang manusia – menurut St. Issak dari Syria) atau dengan kata lain, doa yang menggema dalam hati karena hati manusia adalah hakekat dari jiwanya – vid. Philokalia, vol. II, halaman 109 §73.
Doa bathin atau doa hening ini disebut oleh rasul Paulus di dalam suratnya yang pertama kepada jemaat di Tesalonika (1 Tes. 5:17) sebagai doa yang tak kunjung henti. Para bapa padang gurun, yakni para petapa hening, mempraktekkan nasihat rasul Paulus itu dengan satu rumus doa singkat yang terus menerus diucapkan atau dibathinkan sepanjang waktu. Doa tersebut tetap dipelihara dan dilestarikan dalam kehidupan spiritual Gereja Orthodox, seperti yang kita kenal dengan sebutan “Doa Puja Yesus” atau “Doa Yesus”. Dinamakan demikian karena dalam doa yang tak kunjung henti itu ‘Nama Yesus’ terus dikumandangkan karena nama itu penuh kuasa. Doa singkat ini diambil dari Tradisi Alkitab, dimana seorang pemungut cukai yang merasa diri sangat berdosa dan tak pantas menengadah ke ‘Tempat Mahakudus di Bait Suci’ itu menepuk dadanya sebagai tanda perendahan dirinya sambil berseru: “Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini” (Lukas 18:13). Dan firman Tuhan sendiri menya-takan bahwa “Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah” (Lukas 18:14).
Doa Puja Yesus yang hampir mirip dengan semadhi itu bertujuan untuk mendapatkan anugerah Roh Kudus yang mampu mengubah hidup kita ini (Luk 11:13) dan memberikan kehidupan ilahi yang berasal dari kebangkitan Tuhan Yesus yang dapat pula membangkitkan tubuh kita nanti (Rom 8:11).
Bagaimana caranya untuk berdoa tanpa henti? Caranya mudah, dengan sering mengulang-ulangi Doa ini: "Tuhan Yesus Kristus, Anak Allah, kasihanilah aku." Dengan menjadi terbiasa oleh hal ini maka penghiburan besar dapat dirasakan dan kebutuhan untuk terus memanjatkan permohonan ini akan terasa semakin dalam, dan akan dilaksanakan seolah-olah dengan sendirinya mengalir dalam hati, dan menyatu dengan jiwa.
Meskipun musuh purba umat manusia (si Iblis) akan menawarkan banyak kendala dalam hal ini, dengan menyebabkan keletihan besar, kemalasan, kebosanan dan tertidur, namun hadapilah semua itu dengan bantuan Allah, teguh dalam ketenangan jiwa, sukacita rohani, kebajikan, keterbukaan terhadap orang lain, pemurnian pikiran, dan rasa syukur kepada Allah. Dalam Nama Yesus terletak kekuatan yang sangat besar dan kemuliaan orang-orang kudus hadir secara nyata.
Disarankan untuk mengulangi Doa Yesus sesering mungkin, tanpa gangguan. Sangatlah penting untuk semua orang, baik makan, minum, duduk, melayani, dalam perjalanan, atau dalam melakukan sesuatu, untuk tak henti-hentinya menyerukan doa ini: "Tuhan Yesus Kristus, Anak Allah, kasihanilah aku" agar Nama Tuhan Yesus Kristus tercurah ke kedalaman hati kita, dan menghancurkan si ular tua (Iblis) yang bersembunyi di dalamnya untuk menaburkan benih kehancuran, maka kuasa yang mengalir dari Nama Yesus di dalam hati itu akan menghasilkan suatu pencerahan jiwa.
Menurut kebiasaan Santo Seraphim dari Sarov, tiada putus dan tiada henti mengucapkan doa: "'Tuhan Yesus Kristus, Anak Allah, kasihanilah aku, orang berdosa." Biarkan perhatian dan instruksi pikiran terus berpusat pada doa ini dan terus mengalir. Entah pada saat makan, berdiri di gereja sebelum awal pelayanan ibadah, teruslah berdoa dengan kata-kata doa ini; entah pada saat pergi atau pulang ke rumah, selama perjalanan ke mana saja hendaknya menjaga doa ini selalu di bibir dan dalam hati Anda. Dengan cara yang satu dan sama ini, yakni dengan doa yang berpusat pada Nama Allah (Yehosuah) maka Anda akan menemukan kedamaian, Anda akan mencapai kemurnian roh dan tubuh, dan Roh Kudus – Suber semua yang baik – akan membuat diriNya tinggal di dalam Anda dan akan membimbing Anda dalam segala kesalehan dan kemurnian. Uskup Theophanes sang pertapa membagikan hasil kekayaan rohaninya kepada kita: Untuk lebih mudah menjadi terbiasa dengan mengingat Allah, orang Kristen memiliki sarana khusus, yaitu, tak henti-hentinya mengulang doa singkat dari dua atau tiga kata. Pada umumnya kata-kata yang dipakai dalam doa tak kunjng henti itu adalah “Tuhan, kasihanilah" atau "Tuhan Yesus Kristus, Anak Allah, kasihanilah aku, orang berdosa." Jika Anda belum mendengar hal ini, maka sekarang Anda telah mendengarnya, dan jika Anda belum melakukannya, maka mulailah dari saat ini untuk melakukannya.
Demikian kata St. Seraphim dari Sarov: Mereka yang telah benar-benar memutuskan untuk melayani Tuhan Allah harus melatih diri dengan mengingat Allah dan tak henti-hentinya berdoa kepada Yesus Kristus, di dalam batin berkata: "Tuhan Yesus Kristus, Anak Allah, kasihanilah aku, orang berdosa." Melalui kegiatan tersebut, dan dengan menjaga diri dari gangguan, dan dengan pelestarian kedamaian di dalam hati nurani, adalah mungkin untuk semakin mendekat kepada Allah dan bersatu dengan Dia. Dan, menurut kata-kata St. Ishak dari Syria, 'Kita tidak bisa mendekat kepada Allah kecuali dengan terus-menerus berdoa'. St. Johanes dari Kronstadt juga sering menasihati anak-anak rohaninya untuk menggunakan “Doa Yesus” sebagai sarana yang mendekatkan kepada Allah.
Dari ulasan dan peneguhan para bapa suci ini, mari kita bulatkan tekat dan satukan hati untuk beroda: "Tuhan kaihanilah" atau "Tuhan Yesus Kristus, kasihanilah aku" atau "Tuahan Yesus Kristus Anak Allah, kasihanilah aku, orang berdosa." Maka Anda akan semakin dekat kepada Allah dan Allah akan semakin masuk ke dalam inti jiwamu, menyatu dengan rohmu; dan hatimu akan bersukacita dalam damai: itulah Theosis.
Akhir kata, saya titipkan satu pesan singkat ini, “Banyak orang mengingat Tuhan pada saat mereka susah dan melupakan Tuhan pada saat mereka senang; saya berkata kepadamu, ingatlah Tuhan pada saat Anda senang agar Tuhan mengingat Anda pada saat Anda susah!” Atau "susah-senang selalu ingat TUHAN"; lebih cepat, lebih baik...!